Jumat, 18 September 2015

Kosong

Kosong. Sepi dan sendiri. Dunia membuatku penat. Kosong. Ada ruang yang lama tak berpenghuni. Sesaat ramai tapi serasa sepi. Sepi serasa hampa. Kosong. Ruang tak berpenghuni. Diam – diam mulai iri. Kosong. Diam – diam mulai merasa. Kosong. Diam – diam mulai merindu. Ah, diam – diam kau mulai lagi. Ah, diam – diam kau menyadari. Menyadari bahwa ruang kosong tak berpenghuni itu mulai meronta. Berharap ada yang mengisi kekosongan. Berharap ada yang mengujungi. Bahkan menetap. Ruang kosong. Kau diam –diam memulainya.

 Sudah, tenanglah. Akan ada yang mengujungimu kelak. Jangan bersedih. Sudah, tenanglah. Jangan risau. Akan ada yang datang dan menjagamu. Sudah, tenanglah. Jangan menangis lagi. Dia akan datang. Cukup. Jangan terus menangis. Meski risau. Jangan membuatmu lemah. Aku tahu. Aku bahkan sangat tahu. Kehampaan yang slama ini kau jalani. Kehampaan tak pernah mengusik. Walau dia sekali – kali datang tapi kau tak terpengaruh. Kau hanya diam. Cuek. Acuh. Tapi kini, kenapa ? kenapa ? kenapa kau begitu terusik olehnya? Terusik atas hadirnya? Begituhkah? Begitu merindukah dirimu? Jangan marah. Aku hanya ingin tahu. Ingin tahu lebih jauh tentangmu. Sudah, tenanglah. Aku tak kan bercerita kepada siapapun.
Ya, aku mulai merindu pada sang tuan yang kelak datang. Aku sangat – sangat merindu. Bahkan tak dapat ku lukis semua gambar rasa ini. Meski aku tak perah berjumpa tetap saja aku merindu. Atau pernah berjumpa dengannya tapi aku sendiri tak menyadari hadirnya. Masih tetap sama. Aku merindu.
Ya, aku mulai resah. Resah yang membuat perasaanku slalu tak nyaman. Berharap cepat bertemu pada sang tuan penghuni ruang kosong ini. Resah yang slalu membayangi. Resah ya resah. Sudah, tenanglah. Dia sedang dalam perjalanan menuju ruanganmu. Dia lama datang mungkin sedang tersesat disuatu tempat. Berdo’alah. Berdo’a semoga dia cepat hadir. Datang menghampirimu dan menetap diruang kosong itu selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar