Setiap membaca artikel, tausiyah, atau
tulisan – tulisan yang berbau
pernikahan tak luput kata “ Memantaskan Diri “selalu bertenger tegap
disetiap barisan cerita, yach… memantaskan diri untuk menjadi lebih baik
sehingga mendapatkan pendamping hidup yang sesuai diinginkan, seperti ingin
mendapatkan suami yang sholeh, dan kita pun harus berusaha memantaskan diri,
berusaha yang terbaik untuk menjadi seorang yang sholeha. Terus berusaha untuk
tetap dekat dengan-Nya, bahkan merayu kepada – Nya yang mengetahui setiap isi
hati kita. Memantaskan diri agar kelak Allah takdirkan kepada kita seseorang
yang menjadi pendamping hidup yang terbaik untuk kita. Memantaskan diri agar apa yang tlah kita dapat memang pantas untuk kita dapatkan.
Allah, Engkau tlah menuliskan skenario
kehidupan setiap manusia yang hidup dibumi-Mu, tlah mentakdirkan setiap
kejadian sedetil apapun kepada makhluk yang hidup dibumi-Mu. Daun yang jatuh
pun terjadi atas izin-Mu. Seperti itulah juga kita untuk bertemu dengan jodoh,
sebelum Allah memberikan izin-Nya sekuat apapun kita mencari kita tak akan bisa
bertemu dengannya. Tapi, bagaimana dengan mereka yang pacaran? Apakah itu
termasuk dalam memantaskan diri ? Yahhh… itu tergantung kepada kita masing –
masing, bagaimana sudut pandang kita dalam menyikapinya, karena setiap manusia
mempunyai sudut pandang yang berbeda. Yah,,, mau menjemput dengan cara yang
halal atau tidak, tergantung cara kita, bukankah kita sedikit tahu bahwa dalam
islam tak ada namanya pacaran, adapun dibolehkan pacaran dalam islam itu
sendiri ketika kita sudah menjadi halal maka itu diperbolehkan.
Ada
contoh sedikit ketika semasa kuliah ada orang yang begitu taat kepada perintah
Allah, setiap orang dinasehatinya agar melakukan semua sesuai dengan perintah
Allah, bahkan tak khayal beliau termasuk dalam kepengurusan suatu lembaga
dakwah dimana diamanahi sebuah tanggung jawab yang luar biasa, tak luput
terkadang kita pun sempat iri dengan beliau bagaimana bisa menjadi pribadi yang
sempurna menurut kacamata kita, sedangkan kita masih dalam proses yang begitu
jauh untuk mencapai titik tersebut. Tapi seketika pandangan itu berubah tentang
beliau mengingat apa yang terjadi pasca kampus yang lebih tepatnya sejak
terlibat didalam hiruk pikuknya dunia kerja. Bagaimana semua perkatannya masih
terniang dalam benak, bagaimana beliau berkoar –koar tentang ajaran agama
Allah, bagaimana beliau slalu berkoar – koar saling mengingatkan satu sama
lain, sedang beliau sekarang tlah melanggarnya sendiri. Dan minus pun secara
tak langsung tercap untuk beliau dalam penilaian, dimaklumi??? Ahhh, bagaimana
bisa memakluminnya, mungkin ada disebagian benak kita,so jangan mudah men-judge
seseorang, karena kita sendiri pun bukan makhluk yang sempurna, meski Allah
menciptkan kita dengan sempurna, manusia memang tak sempurna begitu banyak cela
disetiap sisi diri dan kehidupan, bagaimana dulu semasa kuliah jilbab lebar nan
longgar terpasang indah sedangkan kini tak terlihat jilbab indah itu lagi,
bagaimana dulu kaos kaki yang tak pernah lepas kemana pun pergi, kini tak terlihat
lagi kaos kaki yang menghiasi kaki indah itu, bagaimana dulu untuk menatap para
lelaki atau pun berdekatan ada hijab yang menjadi jarak, tapi kini dengan
lantangnya menatap lelaki yang belum halal dan tak ada jarak yang memisahkan
untuk berdekatan, bahkan kedekatan itu setiap saat diupload dimedia sosial,
miris sungguh miris, dimana hidayah yang Allah berikan? Dimana ilmu yang dulu
disampaikan? Sudah lenyapkah? Dimana itu semua? Begitu goyahkah ketika kita tak
berada dalam komunitas yang kondusif ? yahh,,, hanya Allah yang tahu semua
alasan itu, islam memang indah tapi jangan sampe dimudah-mudahkan. Kita do’akan
semoga beliau diberikan kembali hidayahnya oleh Allah,dan kembali seperti dulu
menjadi bidadari dunia nan akhirat versi Allah dan pastinya ada sebuah alasan mengapa beliau melakukan itu
semua… Don’t judge yachh.. J
Seperti
itupun aku, aku adalah sosok manusia yang tak sempurna, seorang yang masih jauh
tentang ilmu agama, masih belajar menjadi sosok pribadi yang baik, masih
belajar untuk tak slalu memikirkan dunia yang tak kekal ini, belajar menjadi
pribadi yang qonaah dan zuhud, belajar ikhlas yang tak berbekas , belajar sabar
yang tak memiliki batas sabar, kalau pun punya batas sabar yah bisa dibilang
itu bukan sabar namanya hhheeehhee…, masih dalam tahap pembelajaran dimana
masih sangat jauh untuk kata sempurna, sholat yang masih ada aja bolong-bolong,
hafalan yang masih jalan ditempat,pengetahuan tentang agama yang tak ada
peningkatan, rasa malas yang slalu menggerogoti diri, miris sungguh ku miris terhadap
diriku sendiri, sering ku marah kepada diri kenapa aku begini, frustasi karena
begitu susah untuk memaksa diri sendiri, terlalu sulit bahkan,,, tapi ketika
semuanya tlah bisa berjalan sesuai dengan harapan kita, mempertahankan malah
jauh lebih sulit dari yang dibayangkan begitu banyak godaan yang memnghampiri
termasuk godaan lingkungan yang kurang mendukung baik lingkungan dalam internal
maupun eksternal,begitu banyak coletahan – coletahan yang merisikan, Lelah rasanya
terus berperang melawan diri sendiri. Meski demikian ku nikmati setiap
prosesnya, ku yakin Allah memberikan sedikit demi sedikit pelajaran yang
terselip dari semua yang tlah ku lakukan selama ini. Sulit sungguh sulit untuk
berbeda dari orang lain, menjadi warna yang berbeda dari yang lain, melawan
arus yang dimana mereka selalu mementingkan dunia dan isinya, yang berlomba –
lomba membanggakan diri dengan segala yang mereka dapatkan, perjuangan memang
tak mudah begitu banyak duri- duri
bertebaran, walau demikian terus teruslah berusaha dan berjuang dalam memperbaiki
serta memantaskan diri menjadi pribadi yang lebih baik nan soleha versi Allah.
Allah akan memberikan kado terindah-Nya diwaktu yang tepat pada kita,,, So,
dalam hidup ini kita yang memilih, ingin menjadi apa kita kedepannya, ingin
menjadi pribadi yang terus maju, atau menjadi yang tertinggal semua jawaban ada
dalam hati kita, nyaman dimanakah kita, meski teman, sahabat bahkan saudara
kita memilih jawaban yang kurang memuaskan, biarkan beliau mengambil keputusan
tersebut terlebih dahulu tapi secara perlahan kita deketi beliau kita beri
nasihat atau memberikan gambaran ke depannya, bagaimana kalau kita mengambil
keputusan tersebut dan apa saja resiko yang akan kita hadapi nantinya, karena
kita didunia hanya hidup sesaat karena kehidupan yang kekal nan abadi adalah
akhirat, bukan nereka tempat yang begitu mengerikan, membayangkannya saja
membuat takut apalagi kita mengalaminya. Bukankah syurga yang slalu kita dambakan,
syurga yang slalu dirindukan setiap umat muslim diberbagai penjuru dunia. Setiap
do’a slalu terserlip harapan dan imipian untuk berada disana, dikehidupan yang
kekal yang begitu indah dibandingkan seluruh isi dunia ini. Ahh… Syurga, aku
merindukan mu… Semoga aku pantas mendapatkanmu bersama orang – orang yang ku
cintai, mendapatkan rumah nan elok disana. Aamiin,,, J So, Pantaskan diri jika ingin mendapatkan sesuatu
yang ingin kita gapai agar kita sendiri memang benar – benar pantas untuk
mendapatkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar