Senin, 31 Agustus 2015

[Cerita I ] Sebuah Keisengan


 
Mentari pagi tlah beerdiri tegap dilangit biru, ku lakukan aktivitas sekolahku seperti, belajar, bercengkrama riang bersama teman dan sahabatku, menggoreskan sejarah dikehidupan kita yang kelak dapat dikenang sebagai masa indah tak terlupa, usai sekolah ku lanjutkan aktivitasku dirumah tak terasa senja menyapa dikala ku menyendiri, duduk diruang tamu merehatkan tubuh yang lelah, ku ambil hp yang ada disudut meja itu, ku baca pesan – pesan masuk dalam inbox ku dikala aku tak ada kerjaan, nomor dan pesan asing baru masuk diinbox ku, ahh,, siapa gerangan yang mengirimkan pesan nyasar yang tak ku mengerti pesannya. Ku amati dan ku ingat lagi nomor siapa gerangan…
Oh ya, pesan itu untuk sepupuku dari orang spesialnya, tapi nomor itu, nomor teman orang special dari sepupuku, ribet ya… Saat itu, suara jarum jam terrdengar jelas dari ruang keluarga menandakan semua penghuni sedang sibuk dengan aktivitas mereka masing – masing dan tak lama suara adzan magrib berseru dengan lantang, mengingatkan panggilan Allah untuk kita jalani, sebuah kewajiban.
Usai menjalankan kewajibanku, ku dapati sepupuku memakai hpku untuk menelpon,  diam - diam menelpon teman orang spesialnya, bukan menelpon tepatnya miscall, aku meledak, marah ku menguasai tapi tak ku tunjukkan, aku tak suka, aku tak ingin, aku tak mau melakukannya. Hati begitu cepat menolak, ya dia hanya membantuku untuk mendapatkan seorang teman pria. ah,,, teman pria?  begitu banyak teman pria disekolahku bahkan mereka mayoritas memenuhi isi sekolah. Senyum simpul mengembang dipipi cabimu, permohonan maaf kau lontarkan. Ku balas dengan  anggukan tanda ku memahami maksudmu.
Mungkin sebuah keisengan ini yang (tidak) sengaja dilakukan, awal mula cerita kita walau sosok mu tak membuatku antusias tuk mengenalmu lebih jauh karena semua berawal dari keisengan seorang saudaraku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar