Mentari pagi
tlah beerdiri tegap dilangit biru, ku lakukan aktivitas sekolahku seperti,
belajar, bercengkrama riang bersama teman dan sahabatku, menggoreskan sejarah
dikehidupan kita yang kelak dapat dikenang sebagai masa indah tak terlupa, usai
sekolah ku lanjutkan aktivitasku dirumah tak terasa senja menyapa dikala ku
menyendiri, duduk diruang tamu merehatkan tubuh yang lelah, ku ambil hp yang
ada disudut meja itu, ku baca pesan – pesan masuk dalam inbox ku dikala aku tak
ada kerjaan, nomor dan pesan asing baru masuk diinbox ku, ahh,, siapa gerangan
yang mengirimkan pesan nyasar yang tak ku mengerti pesannya. Ku amati dan ku
ingat lagi nomor siapa gerangan…
Oh ya, pesan
itu untuk sepupuku dari orang spesialnya, tapi nomor itu, nomor teman orang
special dari sepupuku, ribet ya… Saat itu, suara jarum jam terrdengar jelas
dari ruang keluarga menandakan semua penghuni sedang sibuk dengan aktivitas
mereka masing – masing dan tak lama suara adzan magrib berseru dengan lantang,
mengingatkan panggilan Allah untuk kita jalani, sebuah kewajiban.
Usai menjalankan
kewajibanku, ku dapati sepupuku memakai hpku untuk menelpon, diam - diam menelpon teman
orang spesialnya, bukan menelpon tepatnya miscall, aku meledak, marah ku
menguasai tapi tak ku tunjukkan, aku tak suka, aku tak ingin, aku tak mau
melakukannya. Hati begitu cepat menolak, ya dia hanya membantuku untuk
mendapatkan seorang teman pria. ah,,, teman pria? begitu banyak teman pria disekolahku bahkan mereka mayoritas memenuhi isi sekolah. Senyum simpul mengembang dipipi cabimu,
permohonan maaf kau lontarkan. Ku balas dengan
anggukan tanda ku memahami maksudmu.
Mungkin sebuah
keisengan ini yang (tidak) sengaja dilakukan, awal mula cerita kita walau sosok
mu tak membuatku antusias tuk mengenalmu lebih jauh karena semua berawal dari
keisengan seorang saudaraku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar