Kamis, 01 Februari 2018

Indahnya Rencana Nya

Sempat berfikir kapan diri ini seperti mereka
Slalu terlintas berharap Allah mengijabah setiap doa'aku
Menunggu dan menanti
Suatu pekerjaan yang melelahkan
Tapi harus dilakukan

Terkadang diri nelangsa
Terkadang diri merindu
Menantikan seseorang yang Allah takdirkan

Pernah satu kali, gagal...
Membuat diri tak ingin berharap terlalu lebih
Berjalan mengalir seperti semula
Tak memikirkannya lagi
Kecewa
Pastinya
Tapi aku sadar, itu bukan kehendakNya

Menjalankan aktivitas seperti biasa bahkan harus kembali berkelana
Kembali harus meninggalkan kota tercinta karena tuntutan pekerjaan
Pekerjaan yang benar - benar menguras tenaga dan pikiran
Membuatku melupakan dengan cepat

Malam yang tak biasa kala itu
Karena sudah hampir 3 hari
Perasaanku tak menentu
Perasaan was - was menghinggapi
Tentunya tidak enak
Melakukan aktivitas dengan keadaan seperti itu
Semua terasa serba salah
Takut
Takut terjadi hal yang tak diinginkan

Malam itu, mendapatkan pesan singkat
Pesan dari seseorang yang tak mungkin mengirimkan pesan malam malam kalau tidak penting
Malam itu terjawab sudah rasa cemas dan was was yang menghampiri
Seluruh rasa bercampur, tapi yang pasti
Diriku tak ingin terlalu berharap lebih
Ku serahkan kepada yang Maha Mengetahui yang terbaik untukku

Ku ikuti semua prosesnya, semua begitu cepat
Setiap minggunya aku harus pulang
Mengikuti serangkaian agenda yang sudah dijadwalkan
Letih, pastihnya
Bolak balik dengan mengendari motor sungguh menguras tenaga dan pikiran

Saat itu do'aku :
Jika beliau jodoh yang engkau takdirkan, jodoh yang sudah Engkau tulis di Lauful Mahfuz, jodoh yang slalu ku do'akan disetiap sholatku, jodoh yang bisa menjadi teman, sahabat, kakak, suami, dan ayah untukku dan anak anakku kelak, jodoh yang bisa membimbingku, mengayomi, dan bertanggung jawab untukku dan anak anakku kelak, ku mohon mudahkan sgala urusan yang akan memperkeruh dan mempersulit urusan kami. Jika beliau benar jodoh yang Allah kirim untukku persatukan dengan cara yang Engkau ridhoi.

Dengan segala keterbatasan baik materi maupun tenaga, alhamdulillah Allah slalu mempermudah sampai hari H, aku tak ingin mempersulit beliau dengan sgala urusan yang diinginkan keluarga, semua dapat kami diskusikan berdua untuk mendapatkan jalan keluar terbaik, sebaliknya beliau slalu menerima semua keputusan yang disepakati.

Suatu ketika ada dua kali rasanya aku tak sanggup menahan rasa itu.
Tepat dihari berkurangnya umurku, aku harus menangis dari kota tercinta sampai di kota tempatku bekerja, sepanjang perjalanan aku meluapkan segala rasa yang sudah ku simpan sejak kemarin, menangis... Bisa dibayangkan dari jam 5 subuh sampai jam 8 dengan mengendarai motor sendiri, aku menangis. Menangisi perkataan mereka. Akhirnya seminggu kemudian aku bisa berdamai dengan diriku sendiri.
Dan yang kedua, tepat hari rabu, entah tanggal berapa. Aku belum terbiasa membahas sesuatu lewat handphone dengan seseorang lawan jenis. Saat itu malam, beliau menelpon ku membahas pembicaraan yang sempat tertunda sore tadi. Pembahasan yang sangat hati hati untuk ku sampaikan, takut salah, takut tersinggung. Secara perlahan ku jelaskan, meski akhirnya diskusi kami berakhir dengan jalan keluar yang disepakati, tapi ada kata katanya yang membuatku sakit, kata kata yang dengan mudahnya beliau untuk menyudahi semuanya, setelah kedua orangtua sama sama sudah bertemu, semua proses tinggal menunggu waktu, saat itu hancur, walau hanya sebuah kata, pertahan diri seakan runtuh. Dan lagi lagi seminggu kemudian diri bisa berdamai kembali.
2 cerita ini tak ada satu pun yang tahu kecuali orang yang jadi tempat curhatku dan orang yang membaca blog ini.

Mereka, yang mendapatkan kabar bahwa diri ini akan menikah, akan sangat terkejut. Diam diam nyebar undangan, siapa calonnya, orang mana dan masih banyak lagi pertanyaan pertanyaan dari mereka. Karena mereka tak percaya, tak yakin. Karena diri ini slalu dibilang menutup diri terhadap laki laki, bahkan orang tua pun bilang begitu, padahal sebenarnya aku tak menutup diri, aku hanya menjaga, tiba tiba akan menikah.

Hari yang ditunggu akhirnya tiba
Perasaan seperti nano nano
Bercampur aduk
Setiap do'aku hanya minta pada Allah
Untuk mempermudah urusan kami dan tidak ada perselisihan diantara kami.
Alhamdulillah dengan sgala keterbatasan dengan waktu yang cukup singkat, Allah mempermudahkan dan melancarkan acara sampai selesai.

Hari itu, Minggu 19 November 2017. Aku sudah bukan seseorang seperti dulu.  Sesorang seperti kemarin. Seseorang yang bisa pergi kemana saja dengan siapa saja, bisa dengan leluasa melakukan semua yang inginku lakukan. Sekarang aku sudah menggenap, menggenap dengan seseorang yang Allah ridhoi. Dan sekarang aku mempunyai tanggung jawab baru. Tanggung jawab yang sudah menjadi kewajiban ku sampai kapan pun. Rasanya aku masih belum percaya, bahwa diri ini sudah berstatus seorang istri. Dunia baru. Dunia nyata untuk kehidupanku. Dunia yang penuh dengan jungkir baliknya. Disini, ketika status sudah berbeda. Disinilah aku kembali belajar tentang dunia. Dunia baru yang harus ku singgahi. Dunia yang harus dengan kehati hatian, kesabaran dan masih banyak lagi yang harus ku pelajari, karena ketika kita menikah, kita bukan hanya menikah dengan orang tersebut saja. Tetapi juga dengan keluarganya.

RencanaNya memang indah, skenario Nya begitu luar biasa, terima kasih sudah mengirimkannya untukku, seseorang yang tak pernah ku duga dan juga si kecil, semoga si kecil kuat dan sehat slalu y. Sampai bertemu di dunia nyata mu ya nak. Ummi dan Abu slalu setia menanti dirimu 😘😘😘baru 6 minggu, lama ya dirimu datang, semoga kelak engkau menjadi pejuang tangguh. Engkau penyemangat ummi sekarang. Menikmati proses hadir dirimu nak . Semoga engkau tangguh dan kuat didalam sana y.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar